Minggu, 20 Desember 2015

Chunks of Diamond

Apa kabar?
Ibu kamu apa kabar? Sehat kan?
Ibu kamu pasti super mom ya?
Kalo ibu aku... hehehehe

Nyokap gue itu adalah one of the orang nyebelin yang ada di muka bumi ini, gue ga akan jelasin rentetan menyebalkannya orang yg satu ini, ga baik ngomongin kejelekan orang hehe.
Tapi pada intinya orang ini sangat menyebalkan, gue kadang kalo marah pengen banget ngebentak orang ini, tapi dulu tiap gue marah sama orang nenek gue bilang
"Jangan inget jahatnya orang aja, inget baiknya juga"
Gue jadi selalu punya alasan untuk tidak mendendam sama orang2

Bagaimana gue sanggup membentak orang yang pernah memperjuangkan kehidupan gue saat kematian sudah ga sabar menjemput gue?
Semarah apapun gue, mantra nenek gue selalu mampu menghentikan niat jahat gue.

Dia memang sosok yang menyebalkan, tapi saat gue sedang menghadapi fase krisis antara hidup dan mati, dia adalah sosok yang... apa ya? Susah di definisikan, pokoknya dia wanita hebat.

Gue teringat saat gue sudah mulai membaik dari fase krisis, saat itu gue pasca kecelakaan dan mengalami cedera otak berat, beberapa dampaknya adalah gue rajin mengamuk, depersonalisasi disorder dan amnesia.
Saat itu kondisi gue memang sudah membaik, nyokap gue hendak pulang karna masih ada urusan yang harus diselesaikan, dia izin nanti malam untuk pulang tapi gue tidak mengizinkannya.

Malam belum datang tapi gue sudah sedari tadi membujuk dia untuk tidak pulang, entah alasan apa kenapa gue saat itu sangat ingin banyak yg menemani gue, gue ingin mengobrol banyak, gue ingin mendengar dan di dengar, seolah gue habis melakukan perjalanan hebat dan sangat ingin gue ceritakan.

Tapi memang kondisinya dia benar2 tidak bisa untuk tetap tinggal, dia harus pulang dan ini kesekian kalinya dalam minggu itu gue mengamuk, gue pun menangis dan membuang muka gue, gue masih sangat ingat rasa kesalnya waktu itu, gue menatap ke tembok berusaha mengacuhkan dia dan berlinang air mata gue, dia mengusap kening gue dan di ciuminya wajah gue berkali-kali. Air matanya berjatuhan di wajah gue, sesekali dia mencium gue sambil menghirup dari hidungnya dan dia bilang "umi sayang sama tara, umi sayang" dia terus mengusap kening gue, air mata gue kian berlinang.

Gue dalam keadaan sadar, tapi efek cedera otak yang gue alami detik itu gue seolah baru bangun. Gue terdiam beberapa detik, tanpa kata hanya air mata. Gue tidak lagi bersih keras menahan dia, pada akhirnya gue merelakan dia pulang saat itu gue merasa jauh lebih tenang.

Adalagi sudut pandang seru yang gue tonton di acara reality show di tv tentang gambaran seorang ibu. seorang nenek dan cucu perempuannya, kira2 usianya mungkin kisaran 10-12 tahun, mereka naik kereta, si pembawa acara menanyakan tujuan mereka berdua, dan adegan sedih pun dimulai.

Si pembawa acara menanyakan siapa gadis kecil disampingnya, gadis itu... apa ya kata yg sopan, intinya dia mengalami kelainan, jadi cacat bawaan. Lalu si nenek bilang kalo itu cucunya, si pembawa acara menanyakan dimana ibunya, jeng... jeng... jeng... jeeeeengg...
si nenek menceritakan bahwa si ibu gadis ini tidak mengakui dia anaknya. Jadilah dengan sukarela si nenek ini merawatnya, si pembawa acara dan si nenek ini pun menceritakan panjang lebar tentang gadis ini.

Si pembawa acara menanyakan
"Ibu kan baju nya kaya gini ya, kan sering naik KRL pernah ga dikira pengemis?" Si nenek pun menjawab
"Pernah pas waktu itu ada bapa2 dgn baju parlente dan dia bilang 'bu kalo mau ngemis jangan sekarang'".
Gue gatau mau komentar apa, tapi pasti rasanya lebih dari sakit, paling tidak itu yang di isyratkan oleh si nenek lewat wajahnya.
Ini menjadi pelajaran kecil buat gue, orang kecil ga selalu kecil, sebagian dari mereka punya hati yang lebih besar dari semesta, wanita yg mengandung kita memang ibu biologis kita, tapi yang merawat dan membesarkan kita adalah ibu yang luar biasa. Jangan pandang orang karena dia siapa, tapi genggam mereka karna kita sesama makhluk tuhan, merendahlah dan jangan peduli dinilai apa sama orang nantinya, kamu gabutuh penilaian mereka kamu hidup karna kasih sayang dan nikmat tuhan.

Ketika lo di hina, bukankah lo juga pasti sakit tar? lo pengen nyumpahin? biarin tar, lain kali biarkan langit yang membalas, ketika tuhan sudah membalas, adzab dia lebih pedih daripada hinaan mereka.

Dan di akhir cerita si nenek sampai di stasiun tujuan, si nenek pun berkemas-kemas dan menyiapkan kain untuk menggendong cucu nya.
Bisa bayangkan? Cucunya bukan lagi anak kecil, dan nenek itu bukan lagi perempuan muda, cucunya akan terus tumbuh dan kian berat sedangkan si nenek akan kian menua dan makin rapuh.
Gue berjalan menggunakan kedua tongkat, padahal gue masih muda dan yang gue tumpu adalah beban tubuh gue sendiri, gue bukan main sering kelelahan. Kesimpulan yg gue dapati lagi, kala lo ngerasa beban lo terlalu berat untuk di pikul, ada orang yg bebannya lebih berat daripada lo, coba bayangin lo mengangkat beban orang lain yg lebih berat daripada lo, mereka tidak mengeluh, lantas... lo bisa memberi jaminan lo juga tidak akan mengeluh?

Kekuatan terbesar ada dalam diri kita, mengeluh hanya membantu menambah beban kita berkali-kali lipat, mungkin kita bukan orang yang pintar bersyukur tapi kita harus belajar mensyukuri segala hal yang kita punya.

"Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah." -Ibnu Mas’ud

Terimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat ^^

Salam ya buat keluarga kamu~

0 komentar:

Posting Komentar